Aplikasi Psikologi Kelompok

PERILAKU KELOMPOK ORGANISASI :

  • 1. Scientific Management TheoryIsi : manusia harus diberi janji insentif dulu baru ia mau bekerja. Insentif yangdimaksud dapat berupa bonus, pengawasan yang terus-menerus, serta tujuan yang ditetapkan oleh manajemen.
  • 2. Interpersonal Approaches : Berfokus pada akibat dari proses interpersonal dengan memperhatikan variabel-variabel sosial.

A.1. MOTIF DAN TUJUAN DALAM KELOMPOK
Zander (1971) : orang tertarik untuk menolong kelompoknya mencapai tujuan
sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan personalnya.

Kohesivitas dan Tujuan Kelompok
Akibat pada tujuan kelompok terhadap produktivitas tergantung pada komitmen
anggota terhadap kelompok dan tujuan kelompok. Jika kohesivitas kelompok
begitu kuat maka motif-motif individu akan diganti oleh motif yang berorientasi
pada kelompok. Hasrat anggota pun makin besar untuk mensukseskan
kelompoknya. Hasil survey pada 5871 pekerja pabrik di 2228 kelompok
menghasilkan hipotesis sebagai berikut: “selama norma kelompok mendorong
produktivitas yang tinggi maka kohesivitas dan produktivitas secara positif
berhubungan (makin kohesif suatu kelompok, makin besar produktivitas), tetapi
jika norma kelompok mendorong produktivitas yang rendah maka hubungannya
negatif”.
Tujuan kelompok
-Tujuan kelompok harus dijabarkan secara jelas, yaitu:
1. ada kriteria keberhasilan
2. ada sarana untuk pencapaiannya

*Menetapkan Tujuan Kelompok

Level of aspiration theory (Lewin) : bagaimana seseorang mengeset tujuan untuk
dirinya dan kelompoknya, apakah harus susah sekali / mudah sekali
– Orang memasuki situasi prestasi (achievement situation) dengan hasil
ideal dibenaknya. Setelah mengalami kejadian tertentu, maka orang
tersebut akan merevisi hasil ideal tersebut dan disesuaikan dengan
harapan yang lebih realistik
– LOA (level of aspiration) yaitu kompromi antara tujuan ideal dan harapan
yang lebih realistik

A.2. KEPUASAN DAN KEANGGOTAAN KELOMPOK
Kepuasan dan Interaksi Sosial
Melakukan rutinitas tanpa interaksi dengan orang lain → monoton dan
menyebabkan kelelahan / cepat lelah. Sedangkan bekerja sama akan
menyebabkan pekerjaan cepat selesai, bahan yang digunakan irit dan angka
hingga menurun karena merasa puas.
Kepuasan dan Insentif Kelompok
Insentif : bonus, gaji
Insentif per individu menyebabkan masalah:
1. kompetisi antar anggota kelompok meningkat
2. ketakutan akan penolakan peer groupnya
3. motivasi intrinsik “undermined”
Pencegahannya adalah dengan insentif kelompok, sehingga:
-perasaan akan kerja kelompok akan terbangun dengan kuat dan kepuasan
lebih besar
– Syarat : – anggota kelompok kurang dari 10
– kontribusi tiap anggota proporsional
Kepuasan, Keberhasilan dan Kegagalan
Sisi positif dari kegagalan, yaitu:
-Menjadikannya sebagai motivasi sehingga usaha menjadi lebih keras
– Menjadikan kelompok semakin kohesif karena ternyata kegagalan
disebabkan oleh adanya gangguan kelompok atau segmen lain dalam
organisasi
-Memaksa kelompok untuk memikirkan ulang aspirasi mereka dan
memformulasikan seperangkat harapan yang lebih realistik
Sisi negatif dari kegagalan, yaitu:
-Kegagalan yang berulang menyebabkan surutnya sumber motivasi
– Terbangunnya hasrat yang kuat untuk menghindari kegagalan kelompok
dan mulai menggunakan berbagai macam strategi interpersonal untuk
mengatasi rasa malu, contoh: dengan mengatakan bahwa kegagalan
tersebut tidak relevan dengan mereka secara personal

B. KELOMPOK-KELOMPOK DAN PERUBAHAN

B.1. KELOMPOK SEBAGAI AGEN PERUBAHAN

Field study oleh Coch & French (1984) dengan membandingkan tiga tipe training
program:
1. No Participation sebagai kondisi kontrol karyawan tidak sama dengan
terlibat dalam perencanaan dan omplementasi perubahan tapi hanya
diberi penjelasan.

2. Participation Through Representation, rapat kelompok dihadiri seluruh
karyawan, perubahan yang dibutuhkan dibicarakan secara terbuka,
kemudian dipilih sebuah sub kelompok pelat pertama.

3. Total Participation, hampir sama dengan metode dua. Bedanya metode ini
diikuti oleh seluruh karyawan, bukan hanya kelompok terpilih dan
mengikuti sistem pelat.

Hasil → 2 dan 3 menunjukkan hasil yang positif, karena:
– Karyawan belajar tugas baru mereka dengan cepat
– Produktivitas menjadi lebih baik
– Percaya diri meningkat

B.2. PENGEMBANGAN ORGANISASI
Organizational Development Technique adalah program-program manajemen
yang secara spesifik didesain untuk meningkatkan organisasi.
Setidaknya melibatkan satu atau lebih komponen, sebagai berikut:
1. Deskripsi : penentuan tahap pengembangan yang sedang berlangsung
melalui observasi sistematis dan survey.
2. Spesifikasi tujuan : elaborasi, klarifikasi dan penentuan prioritas tujuan
organisasi.
3. Perencanaan : mengembangkan rencana untuk mencapai tujuan
organisasi.
Inovasi : implementasi rencana dan mengevaluasi keefektivitasannya.

a. Survey Feedback
Menekankan deskripsi sebagai alat untuk mengumpulkan sumbersumber
disfungsi dalam organisasi dengan cara : observasi,
wawancara, survey → hasilnya disintesis untuk membentuk gambaran
keseluruhan organisasi dengan menemukan adekuasi dan inadekuasi
→ hasilnya dikembalikan sebagai feedback ke organisasi.
Alat : kuesioner dengan Likert dengan isi pertanyaan tadi. Aspek
leadership (1-3), motivation (4-6), communication (7-10), decision
making (11-13), goals (14-15), control (16-18) → jawaban dirangkum
dan dibuat profil organisasi kemudian didiskusikan.

b. Process Consultan
Yaitu melibatkan observasi kelompok secara informal tentang
kesibukan sehari-hari. Ada konsultan yang mengobservasi aspek-aspek
yang berkaitan dengan kelompok, seperti: pola interaksi dan atraksi,
prosedur pengambilan keputusan, sumber-sumber kekuasaan, normanorma
social informal, potensi tekanan dalam kelompok dan jenis
konflik antar anggota. Setelah menemukan bagaimana kerja maka
konsultan mendiskusikan hal tersebut dengan anggota unit dengan
mengajukan dua pertanyaan:
– Apakah saudara sekalian menyadari bahwa saudara-saudara
bekerja seperti ini ? (dijelaskan)
– Apakah saudara-saudara berkenan untuk mengubah beberapa
proses-proses? Jika jawabannya iya, maka barulah konsultan
mengusulkan beberapa saran untuk meningkatkan dinamika hidup.

c. Team Building
Diawali dengan asumsi bahwa : “keberhasilan dalam kelompok kerja
merupakan hasil dari kolaborasi yang saling bergantung satu sama lain
yang terbentuk melalui latihan. Manajer atau konsultan berusaha
menyadarkan anggotanya bahwa mereka adalah satu kesatuan
sehingga mereka belajar untuk mengkoordinasikan usaha mereka
dengan usaha anggota lainnya. Tujuan kelompok ditetapkap, pola-pola
kerja dibangun dan perasaan identitas kelompok dibangun. Teknik ini
menekankan pada analisis prosedur kerja, pengembangan hubungan
yang baik anggota ke anggota dan peran manajer sebagai “coach”.
Metode : diskusi tentang “maslaah unit” kemudian dicoba diselesaikan
dengan teknik kelompok nominal (NGT) untuk menstimulasi
produktifitas lalu hasil diskusi dicetak dan diedarkan sebagai pengingat
bahwa ada kemajuan yang sedang berlangsung.

d. Laboratory Training
Laboratory Training program atau T-group.
– Bentuk ini diset jauh dari tempat kerja, merupakan prosedur
belajar eksperimental, yaitu dengan benar-benar mengalami
hubungan kemanusiaan dengan peserta lain
– Trainer atau fasilitator menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada
peserta untuk dibawa kemana pelat tersebut jadi peserta yang
mengatur diri mereka
– Peserta pelat menjadi berani untuk mengkonfrontasi dan
menyelesaikan isu-isu interpersonal dengan tujuan mendapatkan
pemahaman yang lebih baik atas diri sendiri dan orang lain.

C . MEETINGS
Ada kesan negatif tentang meeting, yaitu:
– Membosankan
– Hanya didominasi oleh beberapa orang
– Mahal → para eksekutif dibayar per jam
– Buang-buang waktu dengan keputusan yang minor
– Ada kecenderungan terjadi groupthink

C.1. MENJADI ANGGOTA KELOMPOK YANG BAIK
Pada meeting, anggota harus melakukan segala hal untuk menjadikan meeting
tersebut sebagai sebuah pengalaman yang produktif dan positif. Untuk itu perlu
diperhatikan hal-hal berikut ini :
1. Persiapan
Yaitu bagaimana agar peserta rapat dapat memberikan kontribusi yang
maksimal, dan ini tergantung pada fungsi dari penemuan tersebut, jika:

– Fungsi utamanya adalah distribusi informasi, maka pesertanya
harus menyiapkan segala hal untuk mempresentasikan info yang
dimiliki → handout, transparansi
– Fungsi utamanya adalah sebagai fact finding discussion awal, yang
fokus pada masalah-masalah atau isu-isu, maka peserta
sebelumnya harus sudah mempersiapkan diri dengan ide-ide dan
pemahamannya yang berhubungan dengan fakta terkait
– Fungsi sebagai pembuat keputusan, maka sebelum diperoleh
keputusan peserta, melakukan diskusi secara informal antara
anggota dan berusaha mengantisipasi kritik terhadap solusi yang
mereka sukai
– Fungsi sebagai fungsi organisasi, seperti: goal setting, merevisi
prosedur kerja, sharing feedback atau membangun koordinasi
antar unit menjadi lebih baik. Maka peserta harus mengumumkan
pikiran dan energi agar dapat fokus pada permasalahannya
– Rapat mempunyai lebih dari satu tujuan atau maksud, maka
peserta harus menyiapkan tiap aspek dari rapat tersebut

2. Komunikasi
Keberhasilan rapat sangat tergantung pada kemampuan peserta
berkomunikasi secara efektif satu sama lain sehingga begitu keluar dari
ruang setiap peserta mendapatkan kepuasan dan merasa ada kemajuan.
Ada tips untuk menjadi active communication:
– Buat kalimat dengan singkat dan jelas
– Usahakan penambahan komentar, saran, pernyataan pribadi dan
pertanyaan pada poin yang tepat
– Buat presentasi yang panjang sehingga peserta tertarik dengan
menggunakan frase-frase imajinatif, analogi dan similes yang
berwarna dan alat bantu visual yang ‘eye-catching’
– Mendengarkan dengan aktif pemyampaian orang lain
– Mintalah klarifikasi terhadap sesuatu yang tidak dapat dipahami
– Ajak peserta yang pasif berkomentar dengan menanyainya
– Galilah sumber-sumber disagreement dan tention
– Ikutilah jalannya rapat dengan hati-hati, camkan poin-poin yang
telah dibuat

3. Supportiveness
Untuk mencegah munculnya kesan negatif maka perlu diperhatikan
beberapa hal sebagai berikut:

a. Persiapan
Pimpinan rapat harus memiliki pertanyaan dan agenda. Ada beberapa
kesalahan dalam daftar:
– Daftar topik terlalu panjang sehingga kelompok membagi
pikirannya terhadap item-item yang signifikan
– Urutan topik yang tidak berurutan
– Memasukkan item-item yang tidak seharusnya dimasukkan

b. Structuring the group
Pada awalnya, pada kelompok yang baru terbentuk, meeting pertama
terkesan ambigu atau tidak pasti. Tapi pada rapat ketiga dan keempat
norma norma sudah terbentuk dengan jelas, juga peran dan
hubungan antar anggota. Semua ini berkat peran pimpinan kelompok
yang tahu kapan harus berperan sebagai process facilitator atau
process controller.

c. Structuring the meeting
Ketua kelompok harus mampu mengarahkan pertemuan, dapat
menetukan teknik apa yang tepat digunakan (brainstrorming,
synectics, dll)
d. Memfasilitasi proses kelompok yang efektif

sumber : PSIKOLOGI KELOMPOK (Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Posted in Psikologi Kelompok | Leave a comment

Kepemimpinan

A. DEFINISI KEPEMIMPINAN
Menurut Blanchard : proses dalam mempengaruhi kegiatan-kegiatan
seseorang atau kelompok dalam usahanya mencapai tujuan dalam suatu
situasi tertentu.
Dirumuskan sbb :K = f ( p, b, s )
K : kepemimpinan
f : fungsi
p : pemipin
b : bawahan
s : situasi
Klasifikasi Gaya kepemimpinan menurut White dan Lippit (1960):
1 Otoriter → keputusan dan kebijakan seluruhnya ditentukan oleh pemimpin.
2 Demokratis → pemimpin mendorong dan membantu anggota untuk
membicarakan dan memutuskan semua kebijakan.
3 Laissez Faire → pemimpin memberikan kebebasan penuh bagi anggota
kelompok untuk mengambil keputusan individual dengan partisipasi
pemimpin yang minimal.

B. TEORI-TEORI TENTANG KEPEMIMPINAN
1. Menurut Teori Sifat
Dasar : keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau
ciri-ciri yang dimiliki orang tersebut. Sifat-sifat tersebut bisa berupa sifat fisik
maupun psikologis.
2.Menurut Teori Perilaku
Perilaku pemimpin cenderung pada dua hal, yaitu:
a) Consideration, dimana pemimpin cenderung pada kepentingan bawahan. Ia
tipe pemimpin yang ramah, mendukung dan membela, mau berkonsultasi,
mendengarkan bawahan, menerima usulan bawahan, memikirkan
kesejahteraan bawahan dan memperlakukan bawahan setingkat dengan
dirinya.
b) Initiating Structure, dimana pemimpin cenderung mementingkan tujuan
organisasi. Ia tipe pemimpin yang suka memberi kritik pada pelaksanaan
tugas-tugas kerja yang jelek, menekankan pentingnya batas waktu
pelaksanaan tugas-tugas kepada bawahan, selalu memberi tahu apa-apa
yang harus dikerjakan bawahan, selalu memberi petunjuk bagaimana
melakukan tugas, memberi standar tertentu atas pekerjaan, meminta
bawahan agar selalu menuruti dan mengikuti standar yang telah ditetapkan,
serta selalu mengawasi bawahan.

Sumber: PSIKOLOGI KELOMPOK(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Posted in Psikologi Kelompok | Leave a comment

Kekuasaan dalam Kelompok

Beberapa definisi kekuasaan dalam kelompok menurut beberapa tokoh,
– Weber : kemungkinan dimana seseorang di dalam hubungan sosialnya
mempunyai posisi untuk melakukan keinginannya tanpa perlawanan.

– Kipnis : interaksi antara dua pihak, pemegang kekuasaan dan target
person, dimana perilaku tadi diarahkan oleh pemegang kekuasaan.

Sumber-sumber Kekuasaan bisa diperoleh melalui Reward, Coersive, Legitimate, Referent dan Expert.

Proses-proses Kekuasaan
1. Adanya kepatuhan
2. Formasi Koalisi (sub kelompok dalam kelompok yang lebih besar)

Sumber:PSIKOLOGI KELOMPOK (Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Posted in Psikologi Kelompok | Leave a comment

Motivasi Individu dan Tujuan Kelompok

  • Motivasi adalah dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang untuk berperilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
  • Teori-teori motivasi:
    – Teori kebutuhan adalah pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan. tokohnya   antara lain Maslow, Herzberg, Mc Clleland dll.
    Menurut teori kebutuhan Maslow:
    5. Self – Actualization Needs
    4. Self – Esteem Needs
    3. Social Needs
    2. Security Needs
    1. Psychological Needs
    Pada kelima kebutuhan tersebut, yang pertama harus dipenuhi adalah kebutuhan psikologis, lalu kebutuhan akan rasa aman, dan menuju ke tingkat selanjutnya.
    Teori Kebutuhan dari Mc Clleland
    * Need of power
    * Need of affiliation
    *  Need of achievement
    Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi:
    1. ciri-ciri pribadi individu (individual characteristic)
    2. tingkat dan jenis pekerjaan (job characteristic)
    3. lingkungan (environmental situations

    Sumber: PSIKOLOGI KELOMPOK(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Posted in Psikologi Kelompok | Leave a comment

Kohesivitas Kelompok

A. Definisi
Collins dan Raven (1964) : kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk
tetap tinggal di dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok.

B. Alat Ukur
1. Ketertarikan interpersonal antar anggota
2. Ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok
3. Sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk
memuaskan kebutuhan personalnya (Mc David dan Harary)

Kelompok yang makin kohesif, maka:
-tingkat kepuasan makin besar
-anggota merasa aman dan terlindungi
– komunikasi lebih efektif, bebas, terbuka dan sering
– makin mudah terjadi konformitas → anggota makin mudah tunduk
pada norma kelompok dan makin tidak toleran pada devian

 

Posted in Psikologi Kelompok | Leave a comment

Masalah-Masalah dalam Kelompok : Groupthink

1.    Definisi dan gejala groupthink

Groupthink merupakan proses pengambilan keputusan yang terjadi pada
kelompok yang sangat kohesif dimana anggota-anggotanya berusaha mempertahankan konsensus kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi
tidak efektif lagi.

Gejala:
1. Pencarian kesepakatan yang terlalu dini
a. Tingginya tekanan konformitas
b. Sensor diri terhadap ide-ide yang tidak disetujui
c. Adanya minguard
Gate keeping : mencegah informasi dari luar agar jangan sampai
mempengaruhi kesepakatan kelompok
Dissent containment : mengabaikan mereka-mereka yang memiliki
ide-ide yang bertentangan dengan
kesepakatan
d. Persetujuan yang tampak

2. Ilusi dan mispersepsi
a. Ilusi invulnerability → kelompok selalu benar dan kuat
b. Ilusi moral
c. Persepsi bias tentang out group → buas, jelek, dll
d. Collective rationalizing
Penyebab:
• kohesi yang ekstrem
• isolasi, leadership dan konflik decisional
• proses polarisasi

Pencegahan:
1. Membatasi pencarian keputusan secara dini
a. meningkatkan open inquiry
b. kepemimpinan yang efektif
c. multiple group → subgroup

2. Mengoreksi mispersepsi dan error
a. mengakui keterbatasan
b. empati
c. pertemuan ‘kesempatan kedua’

3. Menggunakan teknik-teknik keputusan yang efektif
Tahap I : kelompok harus terima tantangan dengan memilih solusi
yang mungkin terbaik
Tahap II : kelompok harus mencari alternatif solusi dengan membuat
daftar
Tahap III : evaluasi sistematik terhadap alternatif-alternatif pada
tahap-tahap hasil = konsensus
Tahap IV : mengubah konsensus menjadi keputusan
Tahap V : mematuhi keputusan yang diambil

sumber : PSIKOLOGI KELOMPOK (Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Posted in Psikologi Kelompok | Leave a comment

Masalah-Masalah dalam Kelompok : Deindividuasi

Deindividuasi merupakan proses hilangnya kesadaran individu karena melebur di
dalam kelompok → pikiran kolektif.

Perspektif Teoritis
1. Teori Perilaku Kolektif
Kolektif : kumpulan individu yang lebih daripada skedar agregrat, tapi juga
bukan kelompok sebenarnya
Tipe kolektif:
a. Social Agregrat : collective outburst (riots, mobs, dsb)
b. Collective Movement : organisasi politik, kampanye nasional, dsb

a. Teori Konvergen
Agregrat mewakili orang dengan kebutuhan, keinginan dan emosi situasi crowd
memicu pelepasan spontan dari perilaku-perilaku yang sebelumnya terkontrol.

b. Teori Contagion (Penularan)
Emosi dan perilaku dapat ditransmisi ‘(ditular)’ dari satu orang ke orang lain
sehingga orang cenderung berperilaku sangat mirip dengan orang lain.

c. Teori Emergent-Norm (Perkembangan Norma)
Teori gabungan konvergen – contagion, crowd, mob dan kolektif lainnya hanya
kelihatan setuju sepenuhnya dalam emosi dan perilaku karena anggotanya patuh
pada norma yang relevan dalam situasi tertentu.

2 . Teori Deindividuasi
Penyebab:
1. Rendahnya identiafibilitas seseorang
2. Rasa keanggotaan dalam kelompok
3. Ukuran kelompok → semakin besar, semakin mudah terdeindividuasi
4. Kebangkitan personil → amarah

Sumber: PSIKOLOGI KELOMPOK (Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Posted in Psikologi Kelompok | Leave a comment

Performing: Bekerja Bersama dalam Kelompok

Percobaan Norman Triplett (1897) tentang fasilitasi sosial yaitu situasi dimana kehadiran orang lain akan meningkatkan kinerja seseorang.

A. Coaction Paradigm
→ beberapa orang melakukan tugas dan ditempat yang sama, tetapi tidak saling
berinteraksi, misalnya: ujian dikelas

B. Audience Paradigm (passive spectators)
→ kehadiran orang lain justru menghambat kinerja, misalnya: menghapal
pelajaran ditengah orang banyak
Penelitian Robert Zajonc:
Respon dominan
→ fasilitasi sosial yang ada meningkatkan kinerja seseorang, maka respon
dominan itu sesuai
Respon nondominan
→ fasilitasi sosial yang ada menurunkan kinerja seseorang, maka respon
dominan itu tidak sesuai

Penyebab fasilitasi sosial:
1. adanya dorongan
2. kekhawatiran akan penilaian (evaluasi) orang lain
3. distraksi (perhatian yang terpecah)

Performance Dalam Kelompok yang Berinteraksi
Tipologi tugas dari Steiner didasarkan pada kombinasi antara:
– jenis-jenis tugas yang dapat dibagi
– jenis-jenis hasil yang diinginkan
– prosedur-prosedur individu dalam memberi masukan

Memprediksi Performance Kelompok
Klasifikasi tugas penting karena:
– tipe tipe tugas yang berbeda memerlukan sumber daya yang berbeda
– jika anggota kelompok mempunyai sumberdaya tersebut maka akan
sukses

Tipologi tugas menurut Steiner
1. Divisible : subtugas dapat dibagi-bagi kepada beberapa anggota
2. Unitary >< divisible : satu tugas hanya dikerjakan satu orang saja
3. Maximazing : yang diutamakan adalah produk atau kuantitas maksimal
4. Optimazing : yang terutama adalah kinerja atau kualitas optimum
5. Additive : adanya penambahan input individual untuk menghasilkan produk
kelompok
6.Compensatory : rata-rata penilaian individu untuk menghasilkan produk
kelompok
7. Disjunctive : kelompok harus mempunyai satu jawaban spesifik terhadap tipe
masalah ya atau tidak
8. Conjuctive : semua anggota harus melakukan tindakan yang spesifik sebelum
tugas selesai dengan sempurna
9. Discretionary : jika anggota bebas memilih, metode mana yang disukainya
dengan mengkombinasikan input individualnya

Meningkatkan performance kelompok:
1. Proses komunikasi
2. Proses perencanaan → strategi-strategi kinerja
3. Prosedur-prosedur khusus:
a. Brainstorming, terdapat 4 syarat utama:
– expressiveness : bebas mengekspresikan apa saja yang
ada dalam benak kita
– nonevaluative : tidak ada pendapat yang baik atau buruk,
semua pendapat berharga
– quantity : semakin banyak ide, semakin kreatif
– building : ide-ide yang disampaikan seperti puzzle (ide-ide
tersebut masih kasar, harus disusun dulu)

b. Nominal Group Technique (NGT)
→ pemimpin memberikan permasalahan ke forum lalu ditulis di
whiteboard. Setiap orang disuruh maju ke whiteboard untuk
menuliskan gagasan lalu dipilih mana yang paling baik

c. Delphi Technique
→ pemimpin membuat kuesioner, anggota disuruh mengisi
kuesioner tersebut. Setelah diisi dikembalikan ke pemimpin lalu
diberi feedback, dikembalikan lagi ke anggota, demikian terus
menerus sampai ditemukan solusi yang baik

d. Synectics (bahasa Yunani = bergabung bersamanya elemenelemen
yang berbeda dan nampaknya tidak relevan)
→ bentuk spesial dari brainstorming. Kita disuruh berpikir lebih
kreatif, berpikir secara divergen, dapat memberikan ide

Posted in Psikologi Kelompok | Leave a comment

Norming: Pembentukan Struktur Kelompok

1. Peran (role)

Peran (role) merupakan perilaku yang biasanya ditampilkan orang sebagai
anggota kelompok yang menyediakan basis harapan berkaitan dengan perilaku
orang dalam posisi yang bervariasi dalam kelompok.
Perbedaan peran :
– Task roles → tugas
– Socioemotional roles → sosioemosi
Teori 3 dimensi peran :
a. dominance – submission
b. friendly – unfriendly
c. instrumentally controlled – emotionally eupressive
Konflik peran :
– interrole : konflik antara 2 atau lebih peran yang dijalani oleh 1 orang
– intrarole : konflik antara peran 1 orang dengan peran orang lain

2. Norma (norm)

Norma (norm) merupakan aturan-aturan yang menggambarkan tindakan tindakan
yang seharusnya diambil oleh anggota kelompok.

3. Hubungan antar anggota

→ otoritas, hubungan ketertarikan, hubungan komunikasi

Posted in Psikologi Kelompok | Leave a comment

Storming: Konflik dalam Kelompok

A. Lima tahap perkembangan konflik dalam kelompok :

1. Disagreement

perlu segera diindentifikasi disagreementnya:

  • • apakah benar-benar ada atau sekedar kesalahpahaman
  • • apakah perlu segera ditangani atau terselesaikan sendiri
  • • jika benar-benar ada dan menyangkut beberapa faktor situasional

minor

2. Konfrontasi

dua orang atau lebih saling bertentangan → verbal attack.

diakhir tahap ini, tingkat koalisi (sub kelompok dalam kelompok)

dimana anggota kelompok menjadi terpolarisasi (membentuk blok-blok).

3. Eskalasi

pada tahap ini, anggota kelompok menjadi semakin kasar, suka

memaksa, mengancam, sampai pada kekerasan fisik → timbul mosi tidak

percaya (distrust), frustasi dan negatif reciprocity.

4. Deeskalasi

berkurang atau menurunnya konflik

anggota mulai sadar waktu dan energi yang terbuang sia-sia dengan

berdebat

Mekanisme pengolahan konflik:

a. Negosiasi : secara interpersonal sengan asumsi bahwa tiap orang akan

mendapatkan keuntungan dengan adanya situasi

– distributive issues : negosiasi berhasil, satu pihak puas, pihak yang lain

mengikuti karena pihak yang lain itu memiliki power

– integrative issues : negosiasi berhasil, kedua pihak merasa puas (win

win solution)

b. Membangun kepercayaan : dengan mengkomunikasikan keinginan

individu secara hati-hati dan harus konsisten antara apa yang diomongkan

dengan perilaku aktualnya

5. Resolusi

tiap konflik sampai pada tahap ini, meskipun tidak semua pihak puas

akan hasilnya

B. Penyebab konflik & Nilai-nilai Konflik

1. Interdepenceis

tidak semua interdependence menyebabkan konflik, jika:

a. ada kerjasama antar anggota dalam interdepence shg konflik ↓

b. ada kompetisi antar anggota dalam interdepence shg konflik ↑

Deutch (1949):

pure cooperation → promotive interdependence : dengan menolong

pure competition → contrient interdependence : anggota bisa meraih

tujuannya hanya jika anggota lain gagal memilihnya

2. Influence stategies

strategi-strategi untuk mempengaruhi orang lain, ancaman, hukuman

dan negatif reinforcement → meningkatkan konflik

3. Misunderstanding dan misperception

kesalah pahaman dan kesalahan persepsi yang bisa mengakibatkan perbedaan keputusan

sumber : wikipedia.com

PSIKOLOGI KELOMPOK

Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi

Posted in Psikologi Kelompok | Leave a comment