Aplikasi Psikologi Kelompok

PERILAKU KELOMPOK ORGANISASI :

  • 1. Scientific Management TheoryIsi : manusia harus diberi janji insentif dulu baru ia mau bekerja. Insentif yangdimaksud dapat berupa bonus, pengawasan yang terus-menerus, serta tujuan yang ditetapkan oleh manajemen.
  • 2. Interpersonal Approaches : Berfokus pada akibat dari proses interpersonal dengan memperhatikan variabel-variabel sosial.

A.1. MOTIF DAN TUJUAN DALAM KELOMPOK
Zander (1971) : orang tertarik untuk menolong kelompoknya mencapai tujuan
sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan personalnya.

Kohesivitas dan Tujuan Kelompok
Akibat pada tujuan kelompok terhadap produktivitas tergantung pada komitmen
anggota terhadap kelompok dan tujuan kelompok. Jika kohesivitas kelompok
begitu kuat maka motif-motif individu akan diganti oleh motif yang berorientasi
pada kelompok. Hasrat anggota pun makin besar untuk mensukseskan
kelompoknya. Hasil survey pada 5871 pekerja pabrik di 2228 kelompok
menghasilkan hipotesis sebagai berikut: “selama norma kelompok mendorong
produktivitas yang tinggi maka kohesivitas dan produktivitas secara positif
berhubungan (makin kohesif suatu kelompok, makin besar produktivitas), tetapi
jika norma kelompok mendorong produktivitas yang rendah maka hubungannya
negatif”.
Tujuan kelompok
-Tujuan kelompok harus dijabarkan secara jelas, yaitu:
1. ada kriteria keberhasilan
2. ada sarana untuk pencapaiannya

*Menetapkan Tujuan Kelompok

Level of aspiration theory (Lewin) : bagaimana seseorang mengeset tujuan untuk
dirinya dan kelompoknya, apakah harus susah sekali / mudah sekali
– Orang memasuki situasi prestasi (achievement situation) dengan hasil
ideal dibenaknya. Setelah mengalami kejadian tertentu, maka orang
tersebut akan merevisi hasil ideal tersebut dan disesuaikan dengan
harapan yang lebih realistik
– LOA (level of aspiration) yaitu kompromi antara tujuan ideal dan harapan
yang lebih realistik

A.2. KEPUASAN DAN KEANGGOTAAN KELOMPOK
Kepuasan dan Interaksi Sosial
Melakukan rutinitas tanpa interaksi dengan orang lain → monoton dan
menyebabkan kelelahan / cepat lelah. Sedangkan bekerja sama akan
menyebabkan pekerjaan cepat selesai, bahan yang digunakan irit dan angka
hingga menurun karena merasa puas.
Kepuasan dan Insentif Kelompok
Insentif : bonus, gaji
Insentif per individu menyebabkan masalah:
1. kompetisi antar anggota kelompok meningkat
2. ketakutan akan penolakan peer groupnya
3. motivasi intrinsik “undermined”
Pencegahannya adalah dengan insentif kelompok, sehingga:
-perasaan akan kerja kelompok akan terbangun dengan kuat dan kepuasan
lebih besar
– Syarat : – anggota kelompok kurang dari 10
– kontribusi tiap anggota proporsional
Kepuasan, Keberhasilan dan Kegagalan
Sisi positif dari kegagalan, yaitu:
-Menjadikannya sebagai motivasi sehingga usaha menjadi lebih keras
– Menjadikan kelompok semakin kohesif karena ternyata kegagalan
disebabkan oleh adanya gangguan kelompok atau segmen lain dalam
organisasi
-Memaksa kelompok untuk memikirkan ulang aspirasi mereka dan
memformulasikan seperangkat harapan yang lebih realistik
Sisi negatif dari kegagalan, yaitu:
-Kegagalan yang berulang menyebabkan surutnya sumber motivasi
– Terbangunnya hasrat yang kuat untuk menghindari kegagalan kelompok
dan mulai menggunakan berbagai macam strategi interpersonal untuk
mengatasi rasa malu, contoh: dengan mengatakan bahwa kegagalan
tersebut tidak relevan dengan mereka secara personal

B. KELOMPOK-KELOMPOK DAN PERUBAHAN

B.1. KELOMPOK SEBAGAI AGEN PERUBAHAN

Field study oleh Coch & French (1984) dengan membandingkan tiga tipe training
program:
1. No Participation sebagai kondisi kontrol karyawan tidak sama dengan
terlibat dalam perencanaan dan omplementasi perubahan tapi hanya
diberi penjelasan.

2. Participation Through Representation, rapat kelompok dihadiri seluruh
karyawan, perubahan yang dibutuhkan dibicarakan secara terbuka,
kemudian dipilih sebuah sub kelompok pelat pertama.

3. Total Participation, hampir sama dengan metode dua. Bedanya metode ini
diikuti oleh seluruh karyawan, bukan hanya kelompok terpilih dan
mengikuti sistem pelat.

Hasil → 2 dan 3 menunjukkan hasil yang positif, karena:
– Karyawan belajar tugas baru mereka dengan cepat
– Produktivitas menjadi lebih baik
– Percaya diri meningkat

B.2. PENGEMBANGAN ORGANISASI
Organizational Development Technique adalah program-program manajemen
yang secara spesifik didesain untuk meningkatkan organisasi.
Setidaknya melibatkan satu atau lebih komponen, sebagai berikut:
1. Deskripsi : penentuan tahap pengembangan yang sedang berlangsung
melalui observasi sistematis dan survey.
2. Spesifikasi tujuan : elaborasi, klarifikasi dan penentuan prioritas tujuan
organisasi.
3. Perencanaan : mengembangkan rencana untuk mencapai tujuan
organisasi.
Inovasi : implementasi rencana dan mengevaluasi keefektivitasannya.

a. Survey Feedback
Menekankan deskripsi sebagai alat untuk mengumpulkan sumbersumber
disfungsi dalam organisasi dengan cara : observasi,
wawancara, survey → hasilnya disintesis untuk membentuk gambaran
keseluruhan organisasi dengan menemukan adekuasi dan inadekuasi
→ hasilnya dikembalikan sebagai feedback ke organisasi.
Alat : kuesioner dengan Likert dengan isi pertanyaan tadi. Aspek
leadership (1-3), motivation (4-6), communication (7-10), decision
making (11-13), goals (14-15), control (16-18) → jawaban dirangkum
dan dibuat profil organisasi kemudian didiskusikan.

b. Process Consultan
Yaitu melibatkan observasi kelompok secara informal tentang
kesibukan sehari-hari. Ada konsultan yang mengobservasi aspek-aspek
yang berkaitan dengan kelompok, seperti: pola interaksi dan atraksi,
prosedur pengambilan keputusan, sumber-sumber kekuasaan, normanorma
social informal, potensi tekanan dalam kelompok dan jenis
konflik antar anggota. Setelah menemukan bagaimana kerja maka
konsultan mendiskusikan hal tersebut dengan anggota unit dengan
mengajukan dua pertanyaan:
– Apakah saudara sekalian menyadari bahwa saudara-saudara
bekerja seperti ini ? (dijelaskan)
– Apakah saudara-saudara berkenan untuk mengubah beberapa
proses-proses? Jika jawabannya iya, maka barulah konsultan
mengusulkan beberapa saran untuk meningkatkan dinamika hidup.

c. Team Building
Diawali dengan asumsi bahwa : “keberhasilan dalam kelompok kerja
merupakan hasil dari kolaborasi yang saling bergantung satu sama lain
yang terbentuk melalui latihan. Manajer atau konsultan berusaha
menyadarkan anggotanya bahwa mereka adalah satu kesatuan
sehingga mereka belajar untuk mengkoordinasikan usaha mereka
dengan usaha anggota lainnya. Tujuan kelompok ditetapkap, pola-pola
kerja dibangun dan perasaan identitas kelompok dibangun. Teknik ini
menekankan pada analisis prosedur kerja, pengembangan hubungan
yang baik anggota ke anggota dan peran manajer sebagai “coach”.
Metode : diskusi tentang “maslaah unit” kemudian dicoba diselesaikan
dengan teknik kelompok nominal (NGT) untuk menstimulasi
produktifitas lalu hasil diskusi dicetak dan diedarkan sebagai pengingat
bahwa ada kemajuan yang sedang berlangsung.

d. Laboratory Training
Laboratory Training program atau T-group.
– Bentuk ini diset jauh dari tempat kerja, merupakan prosedur
belajar eksperimental, yaitu dengan benar-benar mengalami
hubungan kemanusiaan dengan peserta lain
– Trainer atau fasilitator menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada
peserta untuk dibawa kemana pelat tersebut jadi peserta yang
mengatur diri mereka
– Peserta pelat menjadi berani untuk mengkonfrontasi dan
menyelesaikan isu-isu interpersonal dengan tujuan mendapatkan
pemahaman yang lebih baik atas diri sendiri dan orang lain.

C . MEETINGS
Ada kesan negatif tentang meeting, yaitu:
– Membosankan
– Hanya didominasi oleh beberapa orang
– Mahal → para eksekutif dibayar per jam
– Buang-buang waktu dengan keputusan yang minor
– Ada kecenderungan terjadi groupthink

C.1. MENJADI ANGGOTA KELOMPOK YANG BAIK
Pada meeting, anggota harus melakukan segala hal untuk menjadikan meeting
tersebut sebagai sebuah pengalaman yang produktif dan positif. Untuk itu perlu
diperhatikan hal-hal berikut ini :
1. Persiapan
Yaitu bagaimana agar peserta rapat dapat memberikan kontribusi yang
maksimal, dan ini tergantung pada fungsi dari penemuan tersebut, jika:

– Fungsi utamanya adalah distribusi informasi, maka pesertanya
harus menyiapkan segala hal untuk mempresentasikan info yang
dimiliki → handout, transparansi
– Fungsi utamanya adalah sebagai fact finding discussion awal, yang
fokus pada masalah-masalah atau isu-isu, maka peserta
sebelumnya harus sudah mempersiapkan diri dengan ide-ide dan
pemahamannya yang berhubungan dengan fakta terkait
– Fungsi sebagai pembuat keputusan, maka sebelum diperoleh
keputusan peserta, melakukan diskusi secara informal antara
anggota dan berusaha mengantisipasi kritik terhadap solusi yang
mereka sukai
– Fungsi sebagai fungsi organisasi, seperti: goal setting, merevisi
prosedur kerja, sharing feedback atau membangun koordinasi
antar unit menjadi lebih baik. Maka peserta harus mengumumkan
pikiran dan energi agar dapat fokus pada permasalahannya
– Rapat mempunyai lebih dari satu tujuan atau maksud, maka
peserta harus menyiapkan tiap aspek dari rapat tersebut

2. Komunikasi
Keberhasilan rapat sangat tergantung pada kemampuan peserta
berkomunikasi secara efektif satu sama lain sehingga begitu keluar dari
ruang setiap peserta mendapatkan kepuasan dan merasa ada kemajuan.
Ada tips untuk menjadi active communication:
– Buat kalimat dengan singkat dan jelas
– Usahakan penambahan komentar, saran, pernyataan pribadi dan
pertanyaan pada poin yang tepat
– Buat presentasi yang panjang sehingga peserta tertarik dengan
menggunakan frase-frase imajinatif, analogi dan similes yang
berwarna dan alat bantu visual yang ‘eye-catching’
– Mendengarkan dengan aktif pemyampaian orang lain
– Mintalah klarifikasi terhadap sesuatu yang tidak dapat dipahami
– Ajak peserta yang pasif berkomentar dengan menanyainya
– Galilah sumber-sumber disagreement dan tention
– Ikutilah jalannya rapat dengan hati-hati, camkan poin-poin yang
telah dibuat

3. Supportiveness
Untuk mencegah munculnya kesan negatif maka perlu diperhatikan
beberapa hal sebagai berikut:

a. Persiapan
Pimpinan rapat harus memiliki pertanyaan dan agenda. Ada beberapa
kesalahan dalam daftar:
– Daftar topik terlalu panjang sehingga kelompok membagi
pikirannya terhadap item-item yang signifikan
– Urutan topik yang tidak berurutan
– Memasukkan item-item yang tidak seharusnya dimasukkan

b. Structuring the group
Pada awalnya, pada kelompok yang baru terbentuk, meeting pertama
terkesan ambigu atau tidak pasti. Tapi pada rapat ketiga dan keempat
norma norma sudah terbentuk dengan jelas, juga peran dan
hubungan antar anggota. Semua ini berkat peran pimpinan kelompok
yang tahu kapan harus berperan sebagai process facilitator atau
process controller.

c. Structuring the meeting
Ketua kelompok harus mampu mengarahkan pertemuan, dapat
menetukan teknik apa yang tepat digunakan (brainstrorming,
synectics, dll)
d. Memfasilitasi proses kelompok yang efektif

sumber : PSIKOLOGI KELOMPOK (Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

About Rahmawati Aria (10508182)

Rahmawati Aria 10508182 3PA01
This entry was posted in Psikologi Kelompok. Bookmark the permalink.

Leave a comment